BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Pendahuluan
Diabetes adalah penyulit medis
tersering pada kehamilan. Pasien dapat dipisahkan menjadi mereka diketahui
mengidap diabetes sebelum hamil (overt nyata) dan mereka yang didiagnosis saat
hamil (gestasional). Pada tahun 1998, total 103.691 wanita mengalami kehamilan
dengan penyulit diabetes, yang mencerminkan 2,6 % dari seluruh kelahiran hidup.
Diperkirakan bahwa 90 % dari semua kehamilan yang mengalami penyulit diabetes
disebabkan oleh diabetes gestasional. Dengan demikian, pada tahun 1998, sekitar
10.000 wanita dengan diabetes overt, dan 90.000 dengan diabetes gestasional,
melahirkan janin hidup.
Dampak diabetes pada kehamilan adalah
sebagai berikut.
1.
Abortus
dan partus prematurus.
2.
Preeklampsia.
3.
Hidramnion.
4.
Kelainan
letak janin.
5.
Insufisiensi.
Badan Kesehatan Dunia (WHO)
memprediksi penderita diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia meningkat pesat
dalam 10 tahun terakhir karena pada 2000 ada 8,4 juta penderita dan meningkat
jadi 21,3 juta orang tahun 2010. Sementara itu, berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, tiga daerah di Indonesia memiliki tingkat
prevalensi diabetes diatas 1,5 persen yaitu Aceh, Jawa Timur dan Sulawesi
Utara.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud diabetes gestasional.?
2. Apa
etiologi diabetes gestasional.?
3. Apa
saja patologi dari diabetes.?
4. Bagaimana
gambaran klinik dari diabetes.?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui
definisi diabetes gestasional.
2. Mengetahui
etiologi terjadinya diabetes gestasional.
3. Mengetahui
patologi dari diabetes gestasional.
4. Mengetahui
gambaran klinik dari diabetes gestasional.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Definisi
Diabetes melitus gestasional
didefinisikan sebagai intoleransi karbohidrat dengan keparahan bervariasi dan
awitan atau pertama kali diketahui saat hamil. ( Cunningham, 1524 ; 1524 ).
Diabetes gestasional mengisyaratkan
bahwa gangguan ini dipicu oleh kehamilan, mungkin akibat perubahan-perubahan
fisiologis berlebihan pada metabolisme glukosa. Penjelasan alternatif diabetes
gestasional adalah diabetes awitan atau tipe 2 yang terungkap atau muncul
selama kehamilan. Sebagai contoh, Harris (1988) mendapatkan bahwa prevalensi
intoleransi glukosa yang tidak terdiagnosis pada wanita tidak hamil antara usia
20 dan 44 tahun hampir identik dengan prevalensi diabetes gestasional. Catalano
dkk. (1999) mengevaluasi perubahan-perubahan longitudinal dalam kepekaan
terhadap insulin, respon insulin, dan produksi glukosa endogen pada wanita
dengan uji toleransi glukosa normal dan pada mereka yang mengalami diabetes
gestasional sebelum dan selama kehamilan. Mereka mendapatkan bahwa wanita
dengan diabetes gestasional mengalami kelainan-kelainan dalam metabolisme
glukosa yang khas untuk diabetes tipe 2.
2.2
Etiologi
Diabetes tipe I:
a) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes
tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons autoimun yang
merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing. Yaitu aotoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans
dan insulin endogen.
c) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang
menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe
II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor risiko :
a) Usia (resistensi insulin cenderung
meningkat pada usia di atas 65 th).
b) Obesitas.
c) Riwayat keluarga.
2.3
Klasifikasi
Ada
beberapa macam klasifikasi, salah satunya menurut White (1965), dalam yaitu:
1. Kelas
A. Diabetes kimiawi disebut juga diabetes laten/subklinus atau diabetes
kehamilan dengan kadar gula darah normal setelah makan, tetapi terjadi
peningkatan kadar glukosa 1 atau 2 jam. Ibu tidak memerlukan insulin, cukup
diobati dengan pengaturan diet.
2. Kelas
B. Diabetes dewasa, terjadi setelah usia 19 tahun dan berlangsung selama 10
tahun, tidak disertai kelainan pembuluh darah.
3. Kelas
C. Diabetes yang diderita pada usia 10-19 tahun dan berlangsung selama 10-19
tahun dengan tidak disertai penyakit vascular.
4. Kelas
D. Diabetes yang sudah lebih dari 20 tahun, tetapi diderita sebelum usia 10
tahun disertai dengan kelainan pembuluh darah.
5. Kelas
E. Diabetes yang disertai pengapuran pada pembuluh darah panggul termasuk
arteri uterusna.
6. Kelas
F. Diabetes dengan nefropati, termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis.
2.4
Patofisiologi
Metabolisme karbohidrat selama
kehamilan karena insulin yang berlebih masih banyak dibutuhkan sejalan dengan
perkembangan kehamilan. Progesteron dan HPL menyebabkan jaringan ibu resisten
terhadap insulin dan menghasilkan enzim yang disebut insulinase yang dihasilkan
oleh plasenta, sehingga mempercepat terjadinya insulin.
Bila pangkreas tidak dapat
memproduksi insulin secara adekuat, maka akan timbul suatu keadaan yang
hiperglikemia, sehingga dapat menimbulkan kondisi kompensasi tubuh seperti
meningkatkan rasa haus (polidipsi), mengeksresikan cairan(poliuri), dan mudah
lapar (polifagia).
Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
Keluhan umum pasien DM seperti
poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang
sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik
pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi
akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa
gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul
adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai
serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar
sembuh dengan pengobatan lazim.
Berikut ini tanda klasik dari diabetes yaitu :
1.
Sering Buang Air kecil
Buang air kecil akan
menjadi sering jika terlalu banyak glukosa dalam darah. Jika insulin (yakni
hormon yang mengendalikan gula darah) tidak ada atau sedikit maka ginjal tidak
dapat menyaring glukosa untuk kembali ke dalam darah. Kemudian ginjal akan
menarik tambahan air dari darah untuk menghancurkan glukosa. Hal ini membuat
kandung kemih penuh dan sering buang air kecil
2. Sering merasa haus
Karena sering buang air kecil, maka orang akan
menjadi lebih sering haus. Serta proses penghancuran glukosa yang sulit maka
air di dalam darah tersedot untuk menghancurkannya, sehingga seseorang perlu
minum lebih banyak untuk menggantikan air.
3. Nafsu makan berkurang
Orang yang diabetes insulinnya bermasalah
akibatnya asupan gula ke dalam sel-sel tubuh kurang yang membuat pembentukan
energi kurang. Kondisi ini membuat otak berpikir tubuh kurang energi akibat
asupan makanan yang kurang sehingga menimbulkan rasa lapar dan perasaan ingin
terus makan.
Patologi
DM
Osmotik diuresis akibat glukosuria
tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan
nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus
pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat
terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada
stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan
sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah
tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang
tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan
ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan
ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar,
menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya
tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif
dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih
jelas.
Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus
1) Glukosa darah sewaktu.
cek GDS
a) Kadar glukosa darah puasa
b) Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa
sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada
sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl
(11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl
(7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang
diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post
prandial (pp) > 200 mg/dl.
2.5
Gambaran
Klinis
Gambaran klinis yang dapat
dirasakan berupa: polidipsi, poliuri, polifagia, penurunan berat badan, lemah,
mengantuk (somnolen), dan dapat timbul ketoasidosis.
·
Pengaruh diabetes pada
kehamilan adalah sebagai berikut:
1. Hiperemesis
gravidarum.
2. Pemakaian
glikogen bertambah.
3. Meningkatnya
metabolism basal.
·
Dampak diabetes pada
kehamilan adalah sebagai berikut.
1. Abortus.
215 wanita dengan diabetes tipe 1
untuk perawatan prenatal sebelum 9 minggu, dan 24 % mengalami abortus spontan.
Hanya wanita dengan diabetes tipe 1 dan konsentrasi glikohemoglobin A1 di
atas 12 % atau konsentrasi glukosa postprandial di atas 120 mg/dl
memperlihatkan risiko mengalami abortus.
2. Preeklampsia.
Anda akan dinyatakan terkena
preklamsia jika anda mengalami hipertensi dan kadar protein urin yang tinggi
pada umur kehamilan di atas 20 minggu. Biasanya terdiagnose secara tidak
sengaja saat pemeriksaan rutin sebelum kelahiran.
3. Hidramnion.
Walaupun kehamilan dengan diabetes
sering penyulit hidramnion, penyebab hal ini belum jelas. Penjelasan yang
mungkin walaupun belum terbukti adalah terjadinya poliuri janin akibat
hiperglikemia janin. Dalam suatu study yang dilakukan di parkland hospital, mendapatkan bahwa pada wanita diabetes, indeks
cairan amnion meningkat. Temuan ini mengisyaratkan bahwa hidramnion pada
diabetes terjadi akibat peningkatan konsentrasi glukosa di dalam cairan amnion.
4. Kelainan
letak janin.
5. Insufisiensi.
6. partus
prematurus.
461 wanita dengan diabetes
pragestasi dan mendapatkan bahwa 9 % dari para wanita ini melahirkan secara
spontan pada gestasi 34 minggu atau kurang dibandingkan dengan 4,5 % pada
wanita nondiabetik selain itu, 7 % dari wanita diabetic diindikasikan menjalani
pelahiran preterm, dibandingkan hanya dengan 2 % pada wanita normal.
·
Pengaruh diabetes pada
bayi yang dilahirkan adalah sebagai berikut:
1. Kematian
hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan abortus.
2. Cacat
bawaan.
3. Dismaturitas.
4. Janin
besar.
5. Kelainan
neurologis.
2.6
Diagnosa
Diagnosa yang diberikan bertujuan
untuk mencegah kemungkinan timbulnya komplikasi pada ibu dan mempertinggi angka
keselamatan bayi (salvage fetal rate).
Ada
tiga tujuan utama pengobatan diabetes melitus gestasi adalah sebagai berikut.
1. Mencegah
timbulnya ketosis dan hipoglikemia.
2. Mencegah
hiperglikimia dan glikosuria seminimal mungkin.
3. Mencapai
usia kehamilan seoptimal mungkin.
Diet ibu diabetes dalam kehamilan
tidak berbeda dengan diet diabetes lainnya, kecuali penambahan kalori total
untuk mencapai penambahan berat badan 10-12 kg selama hamil dan menjaga asupan
karbohidrat tidak kurang dari 200 kg/hari. Diperhatikan diet yang teratur dan
asupan kalori total yang diselingi dengan makanan kecil (4-6 kali sehari).
Saat tidur diberikan tambahan 25
gram karbohidrat untuk mencegah ketosis pada malam hari. Pada wanita dengan
glukosa dimana GTT intoleransi glukosa tidak diberikan insulin, tetapi
memerlukan pengawasan ketat.
Komplikasi
Diabetes Melitus
Komplikasi
diabetes mellitus dapat dibagi menjadi dua kategori.
1. Komplikasi
metabolic akut.
2. Komplikasi-komplikasi
vascular jangka panjang.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KEHAMILAN DIABETES MELITUS
3.1
Pengkajian
·
Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
·
Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM,
bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara
minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
·
Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak /
berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
·
Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI,
klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama,
takikardi, perubahan tekanan darah
·
Integritas Ego
Stress, ansietas
·
Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
·
Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan
berat badan, haus, penggunaan diuretik.
·
Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
·
Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
·
Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi
/ tidak)
·
Keamanan
3.2
Diagnosis
Keperawatan
1. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna dengan tepat.
2. Risiko
tinggi cedera janin yang berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal
sebagai perubahan pada sirkulasi.
3. Risiko
tinggi cedera maternal yang berhubungan dengan perubahan kontrol diabetik,
profil darah abnormal anemia, hipoksia jaringan, dan perubahan respons imun.
3.3
Intervensi
Keperawatan
1. Diagnosis
1: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrient dengan tepat.
Hasil
yang diharapkan:
a. Nutrisi
ibu akan meningkatkan 24-30 lb pada masa prenatal atau yang tepat berat badan
sebelum kehamilan.
b. Ibu
akan mempertahankan glukosa darah puasa antara 60-100 mg dl 1 jam prapartum
tidak lebih 140 mg/dl.
c. Ibu
akan sering mengungkapkan pemahaman tentang aturan individu dan kebutuhan
pemantauan diri.
Rencana Intervensi
|
Rasional
|
||
Mandiri
|
|
|
|
1
|
Kaji masukan kalori dan pola makan
dalam 24 jam.
|
1
|
Membantu dalam mengevaluasi pemahaman
ibu tentang diet dan atau pentingnya menaati aturan diet.
|
2
|
Tinjau ulang pentingnya makan kudapan
yang teratur bila menggunakan insulin.
|
2
|
Makan sedikit dan sering menghindari
hiperglikemia postprandial dan ketosis puasa atau kelaparan.
|
3
|
Bila terjadi hipoglikemia asimtomatik,
atasi dengan segelas susu sebanyak 8 oz dan ulangi tiap 15 menit bila kadar
glukosa serum tetap di bawah 70 mg dl.
|
3
|
Mual dan muntah dapat mengakibatkan
defisiensi karbohidrat yang dapat menimbulkan metabolisme lemak dan terjadi
ketosis.
|
Kolaborasi
|
|||
4
|
Diskusikan dosis, jadwal, dan tipe insulin.
|
4
|
Penggunaan jumlah besar karbohidrat
sederhana untuk mengatasi hipoglikemia menyebabkan nilai glukosa darah
meningkat cepat. Kombinasi karbohidrat dengan protein mempertahankan
normoglikemia lebih lama dan membantu mempertahankan stabilitas glukosa
sepanjang hari.
|
5
|
Sesuaikan diet atau cara pemberian
insulin untuk memenuhi kebutuhan individu.
|
5
|
Pembagian dosis mempertimbangkan
kebutuhan maternal dan rasio waktu makan terhadap makanan dan memungkinkan
kebebasan dalam penjadwalan makanan. Dosis total setiap hari berdasarkan usia
gestasi, berat badan ibu, dan glukosa serum.
|
6
|
Rujuk pada ahli diet dan konseling
pertanyaan mengenai diet yang dianjurkan.
|
6
|
Kebutuhan metabolic prenatal beubah
setiap semester dan penyesuian ditentukan oleh penambahan berat badan dan tes
laboratorium.
Diet spesipik pada individu diperlukan
untuk mempertahankan normoglikemia dan mendapatkan berat badan yang
diinginkan.
|
7
|
Tentukan hasil HbAlc setiap 2-4
minggu.
|
7
|
Mendapatkan keakuratan gambaran
rata-rata control glukosa serum selama 60 hari
|
2. Diagnosa
2: Risiko cidera janin yang berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa
maternal akibat perubahan pada sirkulasi.
Hasil
yang diharapkan:
Ibu
akan menunjukan reaksi NST secara normal dan oxytoxyn challenge test dan atau
tes stress reaksi negatif.
Rencana Intervensi
|
Rasional
|
||
Mandiri:
|
|||
1
|
Tentukan klasifikasi white terhadap
diabetes, jelaskan klasifikasi serta makna pada ibu dan pasangan.
|
1
|
Janin kurang berisiko bila klasifikasi
white adalah A, B, dan C dengan klasifikasi D atau di atas akan mengalami
masalah ginjal atau komplikasi lainnya.
|
2
|
Kaji control diabetic sebelum konsepsi
|
2
|
Kontrol ketat sebelum konsepsi
membantu risiko mortalitas janin dan anomaly angenital.
|
3
|
Kaji gerakan janin dan DJJ setiap
kunjungan sesuai indikasi. Anjurkan untuk mencatatnya mulai usia gestasi 18
minggu dan setiap hari mulai minggu ke-34.
|
3
|
Terjadinya insufisiensi plasenta dan
ketosis maternal mungkin secara negative akan memengaruhi gerakan janin dan
DJJ.
|
4
|
Pantau adanya hipertensi dalam kehamilan
(edema, proteinuria, dan peningkatan TD).
|
4
|
Bermanfaat untuk mengidentifikasi pola
pertumbuhan abnormal.
|
5
|
Berikan informasi tentang efek
diabetes yang mungkin dalam pertumbuhan dan perkembangan.
|
5
|
Kira-kira 12-13 dari diabetes menjadi
gangguan hipertensi karena gangguan kardiovaskular berkenaan dengan diabetes.
|
Kolaborasi:
|
|
|
|
6
|
Kaji HbAlc setiap 2-4 minggu sesuai
indikasi.
|
6
|
Pengetahuan membantu ibu membuat
kepurusan tentang melaksanakan aturan dan dapat meningkatkan kerja sama.
|
7
|
Dapatkan kadar serum alfa fetoprotein
(AFP) pada gestasi 14-16 minggu.
|
7
|
Insiden bayi malformasi secara
congenital meningkat pada wanita dengan kadar tinggi pada awal kehamilan
buruk.
|
8
|
Siapkan untuk USG pada usia kehamilan
8, 12, 18, 28, dan 36 samapai 38 minggu sesuai indikasi.
|
8
|
USG bermanfaat dalam memastikan
tanggal gestasi dan membantu mengevaluasi Intra Uterine Growth Retardation
(IUGR)
|
9
|
Lakukan NST dan OCT/CST dengan tepat
|
9
|
Mengkaji kesejahteraan janin dan
keadekuatan perfusi plasenta.
|
3. Diagnostik3:
Risiko tinggi cedera materal yang berhubungan dengan perubahan pada kontrol
diabetik, profil darah abnormal atau anemia hipoksia jaringan, dan perubahan
imun.
Hasil
yang diharapkan:
a. Ibu
tetap normotensif.
b. Ibu
tetap mempertahankan normoglikemia.
c. Ibu
bebas dari komplikasi.
Rencana Intervensi
|
Rasional
|
||
Mandiri:
|
|
|
|
1
|
Perhatikan klasifikasi white untuk
diabetes, kaji derajat control diabetic.
|
1
|
Ibu yang diklasifikasi memiliki
diabetes tipe D, E, dan F memiliki risiko mengalami komplikasi.
|
2
|
Kaji kondisi ibu terhadap perdarahan
vagina dan nyeri tekan abdomen.
|
2
|
Perubahan vascular yang dihubungkan
dengan diabetes menetapkan ibu pada risiko abrupsio plasenta.
|
3
|
Kaji adanya edema
|
3
|
Ibu diabetic cenderung kelebihan
retensi cairan dan hipertensi karena kehamilan (HKK) akibat perubahan
vascular.
|
4
|
Tentukan tinggi fundus, periksa adanya
edema pada ekstremitas dan dispnea.
|
4
|
Hidramnion terjadi dalam 6-25% ibu
diabetic yang hamil. Hal ini terjadi kemungkinan dengan peningkatan
kontribusi janin pada cairan amnion karena hiperglikemia meningkatkan
pengeluaran urine janin.
|
5
|
Kaji dan tinjau ulang tanda dan gejala
infeksi saluran kemih (ISK).
|
5
|
Deteksi awal ISK dapat mencegah
pielonefritis yang memperberat persalinan.
|
Kolaborasi:
|
|||
6
|
Pantau kadar gula setiap kunjungan.
|
6
|
Mendeteksi ancaman ketoasidosis.
|
7
|
Kaki Hb/Ht pada setiap kunjungan awal
kemudian pada trimester kedua dan pada kehamilan aterm.
|
7
|
Anemia mungkin ada pada ibu dengan
masalah vascular.
|
8
|
Instuksikan pemberian insulin sesuai
pemberian.
|
8
|
Kebutuhan insulin selama kehamilan
tidak sama jumlahnya.
|
9
|
Dapatkan urinalisis dan kultur urine,
berikan antibiotic sesuai indikasi.
|
9
|
Membantu, mencegah atau mengatasi
pielonefritis.
|
10
|
Kumpulkan specimen untuk eksresi
protein total, ibus, kreatrini nitrogen, urea darah, dan kadar asam urat.
|
10
|
Kemungkinan perubahan vascular dapat
merusak fungsi ginjal pada ibu dengan diabetes berat.
|
11
|
Siapkan ibu untuk melakukan USG pada
usia gestasi minggu ke 8, 12, 26, dan 38 kehamilan untuk menentukan ukuran
janin dengan menggunakan diameter biparietal, panjang femur, dan perkiraan
berat badan janin.
|
11
|
Ibu risiko tinggi terhadap CPD dan
distosia karena makrosomia.
|
3.4
Implementasi
keperawatan
Implementasi
merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan, mencakup tindakan
mandiri dan kolaborasi.
Tindakan
mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan
perawat, dan bukan atas petunjuk petugas kesehatan lain.
Tindakan
kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama
dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
3.5
Evaluasi
Keperawatan
Merupakan
hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak
dicapai.
BAB IV
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Diabetes
melitus gestasional didefinisikan sebagai intoleransi karbohidrat dengan
keparahan bervariasi dan awitan atau pertama kali diketahui saat hamil.
2. Saran
Penulis
berharap pembuatan makalah ini bermanfaat bagi pembaca, dan kritik yang
membangun semoga membuat penulis menjadi lebih baik dalam pembuatan makalah.
Daftar Pustaka
http://rac-cuttingsticker.blogspot.com/2012/08/tanda-tanda-orang-mulai-kena-diabetes.html.
Diakses tanggal 27 september 2012).
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/06/08/lmh6cj-wew-penderita-diabetes-di-indonesia-melonjak-pesat.
Diakses tanggal 27 september 2012).
Cunningham.
Dkk, 2005;1524.
Mitayani,Asuhan
keperawatan maternitas.2009;48.