Sabtu, 09 November 2013

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MILITUS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Pendahuluan
Diabetes adalah penyulit medis tersering pada kehamilan. Pasien dapat dipisahkan menjadi mereka diketahui mengidap diabetes sebelum hamil (overt nyata) dan mereka yang didiagnosis saat hamil (gestasional). Pada tahun 1998, total 103.691 wanita mengalami kehamilan dengan penyulit diabetes, yang mencerminkan 2,6 % dari seluruh kelahiran hidup. Diperkirakan bahwa 90 % dari semua kehamilan yang mengalami penyulit diabetes disebabkan oleh diabetes gestasional. Dengan demikian, pada tahun 1998, sekitar 10.000 wanita dengan diabetes overt, dan 90.000 dengan diabetes gestasional, melahirkan janin hidup.
Dampak diabetes pada kehamilan adalah sebagai berikut.
1.      Abortus dan partus prematurus.
2.      Preeklampsia.
3.      Hidramnion.
4.      Kelainan letak janin.
5.      Insufisiensi.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi penderita diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia meningkat pesat dalam 10 tahun terakhir karena pada 2000 ada 8,4 juta penderita dan meningkat jadi 21,3 juta orang tahun 2010. Sementara itu, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, tiga daerah di Indonesia memiliki tingkat prevalensi diabetes diatas 1,5 persen yaitu Aceh, Jawa Timur dan Sulawesi Utara.





1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud diabetes gestasional.?
2.      Apa etiologi diabetes gestasional.?
3.      Apa saja patologi dari diabetes.?
4.      Bagaimana gambaran klinik dari diabetes.?
1.3    Tujuan
1.      Mengetahui definisi diabetes gestasional.
2.      Mengetahui etiologi terjadinya diabetes gestasional.
3.      Mengetahui patologi dari diabetes gestasional.
4.      Mengetahui gambaran klinik dari diabetes gestasional.














BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1     Definisi
Diabetes melitus gestasional didefinisikan sebagai intoleransi karbohidrat dengan keparahan bervariasi dan awitan atau pertama kali diketahui saat hamil. ( Cunningham, 1524 ; 1524 ).
Diabetes gestasional mengisyaratkan bahwa gangguan ini dipicu oleh kehamilan, mungkin akibat perubahan-perubahan fisiologis berlebihan pada metabolisme glukosa. Penjelasan alternatif diabetes gestasional adalah diabetes awitan atau tipe 2 yang terungkap atau muncul selama kehamilan. Sebagai contoh, Harris (1988) mendapatkan bahwa prevalensi intoleransi glukosa yang tidak terdiagnosis pada wanita tidak hamil antara usia 20 dan 44 tahun hampir identik dengan prevalensi diabetes gestasional. Catalano dkk. (1999) mengevaluasi perubahan-perubahan longitudinal dalam kepekaan terhadap insulin, respon insulin, dan produksi glukosa endogen pada wanita dengan uji toleransi glukosa normal dan pada mereka yang mengalami diabetes gestasional sebelum dan selama kehamilan. Mereka mendapatkan bahwa wanita dengan diabetes gestasional mengalami kelainan-kelainan dalam metabolisme glukosa yang khas untuk diabetes tipe 2.
2.2   Etiologi
Diabetes tipe I:
a)      Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.

b)      Faktor-faktor imunologi
Adanya respons autoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu aotoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c)      Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor risiko :
a)      Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th).
b)      Obesitas.
c)      Riwayat keluarga.
2.3  Klasifikasi
Ada beberapa macam klasifikasi, salah satunya menurut White (1965), dalam yaitu:
1.      Kelas A. Diabetes kimiawi disebut juga diabetes laten/subklinus atau diabetes kehamilan dengan kadar gula darah normal setelah makan, tetapi terjadi peningkatan kadar glukosa 1 atau 2 jam. Ibu tidak memerlukan insulin, cukup diobati dengan pengaturan diet.
2.      Kelas B. Diabetes dewasa, terjadi setelah usia 19 tahun dan berlangsung selama 10 tahun, tidak disertai kelainan pembuluh darah.
3.      Kelas C. Diabetes yang diderita pada usia 10-19 tahun dan berlangsung selama 10-19 tahun dengan tidak disertai penyakit vascular.
4.      Kelas D. Diabetes yang sudah lebih dari 20 tahun, tetapi diderita sebelum usia 10 tahun disertai dengan kelainan pembuluh darah.
5.      Kelas E. Diabetes yang disertai pengapuran pada pembuluh darah panggul termasuk arteri uterusna.
6.      Kelas F. Diabetes dengan nefropati, termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis.
2.4  Patofisiologi
Metabolisme karbohidrat selama kehamilan karena insulin yang berlebih masih banyak dibutuhkan sejalan dengan perkembangan kehamilan. Progesteron dan HPL menyebabkan jaringan ibu resisten terhadap insulin dan menghasilkan enzim yang disebut insulinase yang dihasilkan oleh plasenta, sehingga mempercepat terjadinya insulin.
Bila pangkreas tidak dapat memproduksi insulin secara adekuat, maka akan timbul suatu keadaan yang hiperglikemia, sehingga dapat menimbulkan kondisi kompensasi tubuh seperti meningkatkan rasa haus (polidipsi), mengeksresikan cairan(poliuri), dan mudah lapar (polifagia).
Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.


Berikut ini tanda klasik dari diabetes yaitu :
1. Sering Buang Air kecil
Buang air kecil akan menjadi sering jika terlalu banyak glukosa dalam darah. Jika insulin (yakni hormon yang mengendalikan gula darah) tidak ada atau sedikit maka ginjal tidak dapat menyaring glukosa untuk kembali ke dalam darah. Kemudian ginjal akan menarik tambahan air dari darah untuk menghancurkan glukosa. Hal ini membuat kandung kemih penuh dan sering buang air kecil
2.  Sering merasa haus
 Karena sering buang air kecil, maka orang akan menjadi lebih sering haus. Serta proses penghancuran glukosa yang sulit maka air di dalam darah tersedot untuk menghancurkannya, sehingga seseorang perlu minum lebih banyak untuk menggantikan air.

           3.  Nafsu makan berkurang
 Orang yang diabetes insulinnya bermasalah akibatnya asupan gula ke dalam sel-sel tubuh kurang yang membuat pembentukan energi kurang. Kondisi ini membuat otak berpikir tubuh kurang energi akibat asupan makanan yang kurang sehingga menimbulkan rasa lapar dan perasaan ingin terus makan.








Patologi DM

Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus
1)      Glukosa darah sewaktu.
cek GDS
a)      Kadar glukosa darah puasa
b)      Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1.      Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2.      Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3.      Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.

2.5  Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang dapat dirasakan berupa: polidipsi, poliuri, polifagia, penurunan berat badan, lemah, mengantuk (somnolen), dan dapat timbul ketoasidosis.
·         Pengaruh diabetes pada kehamilan adalah sebagai berikut:
1.      Hiperemesis gravidarum.
2.      Pemakaian glikogen bertambah.
3.      Meningkatnya metabolism basal.
·         Dampak diabetes pada kehamilan adalah sebagai berikut.
1.      Abortus.
215 wanita dengan diabetes tipe 1 untuk perawatan prenatal sebelum 9 minggu, dan 24 % mengalami abortus spontan. Hanya wanita dengan diabetes tipe 1 dan konsentrasi glikohemoglobin A1 di atas 12 % atau konsentrasi glukosa postprandial di atas 120 mg/dl memperlihatkan risiko mengalami abortus.

2.      Preeklampsia.
Anda akan dinyatakan terkena preklamsia jika anda mengalami hipertensi dan kadar protein urin yang tinggi pada umur kehamilan di atas 20 minggu. Biasanya terdiagnose secara tidak sengaja saat pemeriksaan rutin sebelum kelahiran.
3.      Hidramnion.
Walaupun kehamilan dengan diabetes sering penyulit hidramnion, penyebab hal ini belum jelas. Penjelasan yang mungkin walaupun belum terbukti adalah terjadinya poliuri janin akibat hiperglikemia janin. Dalam suatu study yang dilakukan di parkland hospital, mendapatkan bahwa pada wanita diabetes, indeks cairan amnion meningkat. Temuan ini mengisyaratkan bahwa hidramnion pada diabetes terjadi akibat peningkatan konsentrasi glukosa di dalam cairan amnion.
4.      Kelainan letak janin.
5.      Insufisiensi.
6.      partus prematurus.
461 wanita dengan diabetes pragestasi dan mendapatkan bahwa 9 % dari para wanita ini melahirkan secara spontan pada gestasi 34 minggu atau kurang dibandingkan dengan 4,5 % pada wanita nondiabetik selain itu, 7 % dari wanita diabetic diindikasikan menjalani pelahiran preterm, dibandingkan hanya dengan 2 %  pada wanita normal.
·         Pengaruh diabetes pada bayi yang dilahirkan adalah sebagai berikut:
1.      Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan abortus.
2.      Cacat bawaan.
3.      Dismaturitas.
4.      Janin besar.
5.      Kelainan neurologis.
2.6  Diagnosa
Diagnosa yang diberikan bertujuan untuk mencegah kemungkinan timbulnya komplikasi pada ibu dan mempertinggi angka keselamatan bayi (salvage fetal rate).
Ada tiga tujuan utama pengobatan diabetes melitus gestasi adalah sebagai berikut.
1.      Mencegah timbulnya ketosis dan hipoglikemia.
2.      Mencegah hiperglikimia dan glikosuria seminimal mungkin.
3.      Mencapai usia kehamilan seoptimal mungkin.
Diet ibu diabetes dalam kehamilan tidak berbeda dengan diet diabetes lainnya, kecuali penambahan kalori total untuk mencapai penambahan berat badan 10-12 kg selama hamil dan menjaga asupan karbohidrat tidak kurang dari 200 kg/hari. Diperhatikan diet yang teratur dan asupan kalori total yang diselingi dengan makanan kecil (4-6 kali sehari).
Saat tidur diberikan tambahan 25 gram karbohidrat untuk mencegah ketosis pada malam hari. Pada wanita dengan glukosa dimana GTT intoleransi glukosa tidak diberikan insulin, tetapi memerlukan pengawasan ketat.
Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi diabetes mellitus dapat dibagi menjadi dua kategori.
1.      Komplikasi metabolic akut.
2.      Komplikasi-komplikasi vascular jangka panjang.






























BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KEHAMILAN DIABETES MELITUS
3.1    Pengkajian
·         Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
·         Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
·         Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
·         Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
·         Integritas Ego
Stress, ansietas
·         Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare


·         Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
·         Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
·         Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
·         Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
·         Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
3.2  Diagnosis Keperawatan
1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dengan tepat.
2.      Risiko tinggi cedera janin yang berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal sebagai perubahan pada sirkulasi.
3.      Risiko tinggi cedera maternal yang berhubungan dengan perubahan kontrol diabetik, profil darah abnormal anemia, hipoksia jaringan, dan perubahan respons imun.

3.3  Intervensi Keperawatan
1.      Diagnosis 1: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrient dengan tepat.
Hasil yang diharapkan:
a.       Nutrisi ibu akan meningkatkan 24-30 lb pada masa prenatal atau yang tepat berat badan sebelum kehamilan.
b.      Ibu akan mempertahankan glukosa darah puasa antara 60-100 mg dl 1 jam prapartum tidak lebih 140 mg/dl.
c.       Ibu akan sering mengungkapkan pemahaman tentang aturan individu dan kebutuhan pemantauan diri.
Rencana Intervensi
Rasional
Mandiri


1
Kaji masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam.
1
Membantu dalam mengevaluasi pemahaman ibu tentang diet dan atau pentingnya menaati aturan diet.
2
Tinjau ulang pentingnya makan kudapan yang teratur bila menggunakan insulin.
2
Makan sedikit dan sering menghindari hiperglikemia postprandial dan ketosis puasa atau kelaparan.
3
Bila terjadi hipoglikemia asimtomatik, atasi dengan segelas susu sebanyak 8 oz dan ulangi tiap 15 menit bila kadar glukosa serum tetap di bawah 70 mg dl.
3
Mual dan muntah dapat mengakibatkan defisiensi karbohidrat yang dapat menimbulkan metabolisme lemak dan terjadi ketosis.
Kolaborasi
4
Diskusikan dosis, jadwal, dan tipe insulin.
4
Penggunaan jumlah besar karbohidrat sederhana untuk mengatasi hipoglikemia menyebabkan nilai glukosa darah meningkat cepat. Kombinasi karbohidrat dengan protein mempertahankan normoglikemia lebih lama dan membantu mempertahankan stabilitas glukosa sepanjang hari.
5
Sesuaikan diet atau cara pemberian insulin untuk memenuhi kebutuhan individu.
5
Pembagian dosis mempertimbangkan kebutuhan maternal dan rasio waktu makan terhadap makanan dan memungkinkan kebebasan dalam penjadwalan makanan. Dosis total setiap hari berdasarkan usia gestasi, berat badan ibu, dan glukosa serum.
6
Rujuk pada ahli diet dan konseling pertanyaan mengenai diet yang dianjurkan.
6
Kebutuhan metabolic prenatal beubah setiap semester dan penyesuian ditentukan oleh penambahan berat badan dan tes laboratorium.
Diet spesipik pada individu diperlukan untuk mempertahankan normoglikemia dan mendapatkan berat badan yang diinginkan.
7
Tentukan hasil HbAlc setiap 2-4 minggu.
7
Mendapatkan keakuratan gambaran rata-rata control glukosa serum selama 60 hari

2.      Diagnosa 2: Risiko cidera janin yang berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal akibat perubahan pada sirkulasi.
Hasil yang diharapkan:
Ibu akan menunjukan reaksi NST secara normal dan oxytoxyn challenge test dan atau tes stress reaksi negatif.
Rencana Intervensi
Rasional
Mandiri:
1
Tentukan klasifikasi white terhadap diabetes, jelaskan klasifikasi serta makna pada ibu dan pasangan.
1
Janin kurang berisiko bila klasifikasi white adalah A, B, dan C dengan klasifikasi D atau di atas akan mengalami masalah ginjal atau komplikasi lainnya.
2
Kaji control diabetic sebelum konsepsi
2
Kontrol ketat sebelum konsepsi membantu risiko mortalitas janin dan anomaly angenital.
3
Kaji gerakan janin dan DJJ setiap kunjungan sesuai indikasi. Anjurkan untuk mencatatnya mulai usia gestasi 18 minggu dan setiap hari mulai minggu ke-34.
3
Terjadinya insufisiensi plasenta dan ketosis maternal mungkin secara negative akan memengaruhi gerakan janin dan DJJ.
4
Pantau adanya hipertensi dalam kehamilan (edema, proteinuria, dan peningkatan TD).
4
Bermanfaat untuk mengidentifikasi pola pertumbuhan abnormal.
5
Berikan informasi tentang efek diabetes yang mungkin dalam pertumbuhan dan perkembangan.
5
Kira-kira 12-13 dari diabetes menjadi gangguan hipertensi karena gangguan kardiovaskular berkenaan dengan diabetes.
Kolaborasi:


6
Kaji HbAlc setiap 2-4 minggu sesuai indikasi.
6
Pengetahuan membantu ibu membuat kepurusan tentang melaksanakan aturan dan dapat meningkatkan kerja sama.
7
Dapatkan kadar serum alfa fetoprotein (AFP) pada gestasi 14-16 minggu.
7
Insiden bayi malformasi secara congenital meningkat pada wanita dengan kadar tinggi pada awal kehamilan buruk.
8
Siapkan untuk USG pada usia kehamilan 8, 12, 18, 28, dan 36 samapai 38 minggu sesuai indikasi.
8
USG bermanfaat dalam memastikan tanggal gestasi dan membantu mengevaluasi Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)
9
Lakukan NST dan OCT/CST dengan tepat
9
Mengkaji kesejahteraan janin dan keadekuatan perfusi plasenta.

3.      Diagnostik3: Risiko tinggi cedera materal yang berhubungan dengan perubahan pada kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia hipoksia jaringan, dan perubahan imun.
Hasil yang diharapkan:
a.       Ibu tetap normotensif.
b.      Ibu tetap mempertahankan normoglikemia.
c.       Ibu bebas dari komplikasi.

Rencana Intervensi
Rasional
Mandiri:


1
Perhatikan klasifikasi white untuk diabetes, kaji derajat control diabetic.
1
Ibu yang diklasifikasi memiliki diabetes tipe D, E, dan F memiliki risiko mengalami komplikasi.
2
Kaji kondisi ibu terhadap perdarahan vagina dan nyeri tekan abdomen.
2
Perubahan vascular yang dihubungkan dengan diabetes menetapkan ibu pada risiko abrupsio plasenta.
3
Kaji adanya edema
3
Ibu diabetic cenderung kelebihan retensi cairan dan hipertensi karena kehamilan (HKK) akibat perubahan vascular.
4
Tentukan tinggi fundus, periksa adanya edema pada ekstremitas dan dispnea.
4
Hidramnion terjadi dalam 6-25% ibu diabetic yang hamil. Hal ini terjadi kemungkinan dengan peningkatan kontribusi janin pada cairan amnion karena hiperglikemia meningkatkan pengeluaran urine janin.
5
Kaji dan tinjau ulang tanda dan gejala infeksi saluran kemih (ISK).
5
Deteksi awal ISK dapat mencegah pielonefritis yang memperberat persalinan.
Kolaborasi:
6
Pantau kadar gula setiap kunjungan.
6
Mendeteksi ancaman ketoasidosis.
7
Kaki Hb/Ht pada setiap kunjungan awal kemudian pada trimester kedua dan pada kehamilan aterm.
7
Anemia mungkin ada pada ibu dengan masalah vascular.
8
Instuksikan pemberian insulin sesuai pemberian.
8
Kebutuhan insulin selama kehamilan tidak sama jumlahnya.
9
Dapatkan urinalisis dan kultur urine, berikan antibiotic sesuai indikasi.
9
Membantu, mencegah atau mengatasi pielonefritis.
10
Kumpulkan specimen untuk eksresi protein total, ibus, kreatrini nitrogen, urea darah, dan kadar asam urat.
10
Kemungkinan perubahan vascular dapat merusak fungsi ginjal pada ibu dengan diabetes berat.
11
Siapkan ibu untuk melakukan USG pada usia gestasi minggu ke 8, 12, 26, dan 38 kehamilan untuk menentukan ukuran janin dengan menggunakan diameter biparietal, panjang femur, dan perkiraan berat badan janin.
11
Ibu risiko tinggi terhadap CPD dan distosia karena makrosomia.


3.4  Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat, dan bukan atas petunjuk petugas kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
3.5  Evaluasi Keperawatan
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.














BAB IV
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Diabetes melitus gestasional didefinisikan sebagai intoleransi karbohidrat dengan keparahan bervariasi dan awitan atau pertama kali diketahui saat hamil.
2.      Saran
Penulis berharap pembuatan makalah ini bermanfaat bagi pembaca, dan kritik yang membangun semoga membuat penulis menjadi lebih baik dalam pembuatan makalah.














Daftar Pustaka
(http://nursingbegin.com/askep-dm/ diakses tanggal 26 september 2012) .
Cunningham. Dkk, 2005;1524.
Mitayani,Asuhan keperawatan maternitas.2009;48.



Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar