BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mual
dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling
menyebabkan stres yang dikaitkan dengan kehamilan. Akan tetapi, dokter obstetri
dan dokter umum menganggap mual dan muntah hanya semata-mata merupakan sebuah
gejala fisiologis, dan sebuah masalah yang sering kali membuat mereka merasa tidak
berdaya untuk membantu mengatasinya. Mual dan muntah sering kali diabaikan
karena dianggap sebagai sebuah konsekuensi normal di awal kehamilan tanpa
mengakui dampak hebat yang ditimbulkannya pada wanita dan keluarga mereka
(Denise Tiran, 2008).
Mual
dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan
muda dan dikemukakan oleh 50-70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang
lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual-mual dan 44% mengalami
muntah-muntah.
Bila
wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat
badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul
asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis
gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Perbandingan insiden
hiperemesis gravidarum 4:1000 kehamilan. Sindrom ini ditandai dengan adanya
muntah yang sering, penurunan berat badan, dehidrasi, asidosis karena kelaparan,
alkalosis, yang disebabkan menurunnya asam HCl lambung dan hipokalemia.
Dampak yang ditimbulkan pada ibu yaitu
kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan
lelah dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa, pneumini aspirasi, robekan
mukosa pada hubungan gastroesofagi yang menyebabakn peredaran ruptur esofagus,
kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau
tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin
berkurang (setiawan, 2007). Pada janin/bayi, jika hiperemesis ini terjadi hanya
di awal kehamilan tidak berdampak terlalu serius, tapi jika sepanjang kehamilan
si ibu menderita hiperemesis gravidarum, maka kemungkinan bayinya mengalami
BBLR, IUGR, Premtur hingga menjadi abortus (Wiknjosastro, 2005).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
definisi hiperemesis gravidarum?
2. Apa
etiologi hiperemesis gravidarum?
3. Apa
patologi hiperemesis gravidarum?
4. Bagaimana
patofisiologi hiperemesis gravidarum?
5. Bagaimana
tanda dan gejala hiperemesis gravidarum?
6. Bagaimana
pemeriksaan hiperemesis gravidarum?
7. Bagaimana
penatalaksanaan hiperemesis gravidarum?
8. Bagaimana
asuhan keperawatan pada klien hiperemesis gravidarum?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
definisi hiperemesis gravidarum
2. Mengetahui
etiologi hiperemesis gravidarum
3. Mengetahui
patologi hiperemesis gravidarum
4. Mengetahui
patofisiologi hiperemesis gravidarum
5. Mengetahui
tanda dan gejala hiperemesis gravidarum
6. Mengetahui
pemeriksaan hiperemesis gravidarum
7. Mengetahui
penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
8. Mengetahui
asuhan keperawatan pada klien hiperemesis gravidarum
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis
gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena
terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
Mual
dan muntah yang menetap selama kehamilan yang mengganggu asupan cairan dan
nutrisi; awitan biasanya terjadi sebelum 20 minggu kehamilan; cukup berat
hingga mengakibatkan penurunan berat badan, dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
(Geri Morgan and Carole Hamilton, 2009).
Mual
biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam
hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid
terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Sarwono Prawirohardjo,
2002).
Hiperemesis
Gravidarum (Vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nausea dan vomitus
dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga terjadi efek sistemik,
dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion Taber,M.D, 1994).
2.2 Etiologi Hiperemesis Gravidarum
Penyebab
Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadiannya
adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan
(Rustam Mochtar, 1998) adalah:
1.
Faktor
adaptasi dan hormonal.
Primagravida
belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan Human Chorionik
Gonadotropin (HCG), sedangkan pada kehamilan ganda atau mola hidatidosa, jumlah
hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi.
2.
Faktor
psikologis.
Wanita
yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaaan, keretakan hubungan dengan
suami, takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu,dsb dapat menyebabkan konflik mental yang
dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup
dsb.
3.
Faktor
alergi.
Terjadi
invasi jaringan vili Chorialis yang masuk ke dalam peredaran darah ibu.
2.3 Patologi Hiperemesis Gravidarum
a.
Hepar : pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak
sentrilobuler tanpa nekrosis
b.
Jantung : jantung atrofi, kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai
perdarahan sub-endokardial
c.
Otak : terdapat bercak perdarahan otak.
d.
Ginjal : tampak pucat dan degenerasi lemak pada tubuli kontorti.
(Rustam Mochtar, 1998).
2.4 Patofisiologi
Hiperemesis Gravidarum
Perasaan
mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada
trimester I. Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari
sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung.
Bila perasaan terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak
sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida
butirik dan aseton darah.
Muntah
menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan klorida darah turun. Selain itu dehidrasai menyebabkan
hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkuang pula dan tertimbunnya
zat metabolik yang toksik.
Disamping
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada
selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat perdarahan
gastrointestinal (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
2.5 Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum
Sekalipun batas antara muntah yang fisiologis dan
patologis tidak jelas, tetapi muntah yang menimbulkan gangguan aktivitas
sehari-hari dan dehidrasi memberi petunjuk bahwa ibu hamil tersebut memerlukan
perawatan yang intensif. Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis
dapat dibagi menjadi tiga tingkat berikut ini menurut (Manuaba, dkk 2006)
adalah :
1.
Hiperemesis
gravidarum tingkat pertama (Ringan)
a. Muntah
berlangsung terus.
b. Makan
berkurang.
c. Berat
badan menurun.
d. Kulit
dehidrasi sehingga tonusnya lemah.
e. Nyeri
di daerah epigastrium.
f. Tekanan
darah turun dan nadi meningkat.
g. Lidah
kering.
h. Mata
tampak cekung.
2.
Hiperemesis
gravidarum tingkat kedua (Sedang)
a. Penderita
tampak lebih lemah.
b. Gejala
dehidrasi makin tampak, mata cekung, turgor kulit makin kurang, lidah kering
dan kotor.
c. Tekanan
darah menurun, nadi maningkat.
d. Berat
badan makin menurun.
e. Mata
ikterus.
f. Gejala
hemokonsentrasi makin tampak: urine berkurang dan bau aseton dalam urine
meningkat.
g. Terjadinya
gangguan buang air besar.
h. Mulai
tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis.
i. Napas
berbau aseton.
3.
Hiperemesis
gravidarum tingkat ketiga (Berat)
a. Muntah
berkurang.
b. Keadaan
umum ibu hamil makin menurun: tekanan darah turun, nadi meningkat, dan suhu
naik; keadaan dehidrasi makin jelas/berat.
c. Gangguan
faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus.
d. Gangguan
kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma; komplikasi susunan saraf pusat
(enselopati wernicke): nistagmus (perubahan arah bola mata), diplopia (gambar
tampak ganda), dan perubahan mental.
2.6 Pemeriksaan
Hiperemesis Gravidarum
Pemeriksaan pada klien
hiperemesis gravidarum menurut (Helen Varney, 2006) adalah :
1.
Riwayat
a) Frekuensi
episode muntah
b) Hubungan
muntah dengan asupan makanan ( jenis dan jumlah )
c) Riwayat
pola makan ( jenis makanan dan minuman , jumlah, waktu pemberian, dan
reaksinya)
d) Riwayat
pengobatan ( termasuk reaksi obat)
e) Eliminasi
(frekuensi, jumlah, diare, dan kostipasi)
f) Darah
dalam muntahan (ulkus lambung/radang esofagus akibat muntah berulang)
g) Demam/menggigil
h) Pajanan
pada infeksi virus
i)
Pajanan pada makanan terkontaminasi
j)
Nyeri abdomen
k) Riwayat
gangguan makan
l)
Riwayat diabetes
m) Pembedahan
abdomen sebelumnya
n) Frekuensi
istirahat
o) Kecemasan
dalam kehamilan
p) Dukungan
keluarga
2.
Pemeriksaan
fisik
a) Berat
badan ( dan hubungannya dengan berat badan sebelumnya)
b) Suhu
badan , denyut nadi, dan frekuensi pernafasan
c) Turgor
kulit
d) Kelembapan
membrane mukosa
e) Kondisi
lidah ( bengkak, kering, pecah-pecah)
f) Palpasi
abdomen untuk melihat pembesaran organ , nyeri tekan dan distensi
g) Bising
usus
h) Bau
buah ketika bernapas
i)
Pengkajian pertumbuhan janin.
3.
Laboratorium
a) Pemeriksaan
keton dalam urine
b) Urinalis
c) BUN
dan elektrolit
d) Tes
fungsi ginjal (singkirkan kemungkinan hepatitis, pankreatitis, dan kolestasis)
e) TSH
dan T4 (singkirkan kemungkinan penyakit gondok)
4. Pengkajian
Kondisi yang mengindikasikan bahwa wanita
mengalami dehidrasi meliputi turgor kulit buruk, peningkatan frekuensi nadi dan
pernapasan, penurunan haluaran urine, dan peningkatan berat jenis urine.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ibu
dengan hiperemesis gravidarum menurut (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti, 2010)
dimulai dengan :
1. Pencegahan
Pencegahan terhadap
Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerangan
tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik. Hal itu
dapat dilakukan dengan cara :
a)
Memberikan keyakinan bahwa mual dan
kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan
akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.
b)
Menganjurkan mengubah makanan
sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering.
c)
Waktu bangun pagi jangan segera turun
dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit
dengan teh hangat.
d)
Hindari makanan yang berminyak dan
berbau lemak.
e)
Makan makanan dan minuman yang disajikan
jangan terlalu panas atau terlalu dingin.
f)
Menjamin defekasi teratur.
g)
Menganjurkan makan makanan yang banyak
mengandung gula untuk menghindarkan kekurangan karbohidrat.
2.
Terapi
obat-obatan
Apabila
dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka diperlukan
pengobatan.
a) Sedativa
yang sering diberikan adalah pohenobarbital.
b) Vitamin
yang dianjurkan yaitu vitamin B1 dan B2 yang berfungsi untuk mempertahankan
kesehatan syaraf, jantung, otot, serta meningkatkan pertumbuhan dan perbaikan
sel (Admin, 2007) dan B6 berfungsi menurunkan keluhan atau gangguan mual bagi
ibu hamil dan juga membantu dalam sintesa lemak untuk pembentukan sel darah
merah (Admin, 2007).
c) Antihistaminika
juga dianjurkan.
d) Pada
keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti diklomin hidrokhloride, avomin
(Winkjosastro, 2005).
3.
Isolasi
Isolasi dilakukan dalam kamar yang
tenang tetapi cerah dan peredaran udara baik hanya dokter dan perawat yang
boleh keluar masuk sampai muntah berhenti dan pasien mau makan. Catat cairan
yang masuk dan keluar, tidak diberikan makan dan minum selama 24 jam.
Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang
tanpa pengobatan.
4.
Terapi
psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa
penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan sertamenghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi
latar belakang penyakit ini (Wiknjosastro, 2005).
Bantuan yang positif dalam
mengatasi permasalahan psikologis dan sosial dinilai cukup signifikan
memberikan kemajuan keadaan umum (Admin, 2008).
5.
Diet
1) Diet
hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti
kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam
sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat–zat gizi, kecuali vitamin C,
karena itu hanya diberikan selama beberapa hari
2) Diet
hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur
mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan
bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A
dan D.
3) Diet
hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut
kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini
cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium. (Taufan Nugroho, 2010).
6.
Terapi
parenteral
Berikan cairan parenteral yang
cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5 % dalam cairan
fisiologis sebanya 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan
vitamin khususnya vitamin B kompleks dn vitamin C dan bila ada kekurangan protein,
dapat diberikan pula asam amino secara intravena. dibuat dalam daftar kontrol
cairan yang masuk dan dikeluarkan. Air kencing perlu diperiksakan sehari-hari
terhadap protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa
setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit
pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam penderita
tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk diberikan
minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair.
Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan
keadaaan akan bertambah baik (Ai Yeyeh
Rukiyah dan Lia Yulianti, 2010).
7.
Penghentian
kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan
tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan
psikiatrik jika memburuk. Delirium, kebutaan, takikardia, ikterus, anuria, dan
perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian
perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu capat dan dipihak lain tidak boleh menunggu sampai terjadi
irreversible pada organ vital (Wiknjosastro, 2005).
8.
Komplikasi
Dampak yang ditimbulkan dapat
terjadi pada ibu dan janin, seperti ibu akan kekurangan nutrisi dan cairan
sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan
gangguan asam basa, pneumini aspirasi, robekan mukosa pada hubungan
gastroesofagi yang menyebabakn peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar dan
kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan
kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin berkurang (setiawan, 2007).
Pada bayi, jika hiperemesis ini terjadi hanya di awal kehamilan tidak berdampak
terlalu serius, tapi jika sepanjang kehamilan si ibu menderita hiperemesis
gravidarum, maka kemungkinan bayinya mengalami BBLR, IUGR, Premtur hingga
menjadi abortus (Wiknjosastro, 2005).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1.
Data
Subjektif
Nausea
dan vomitus merupakan gejala-gejala utama. Pasien
tidak dapat menahan makanan dan kehilangan berat badan. Beberapa pasien
mengeluh air liurnya berlebihan/hipersalivasi.
Riwayat
haid:
Sebagian besar pasien sadar akan haid yang tidak datang dan mengetahui bahwa
mereka hamil. Tetapi kadang-kadang pasien tidak dapat memberikan informasi yang
penting ini, sehingga mengaburkan diagnosis (Ben-Zion Taber,M.D, 1994).
2.
Data
Objektif
a.
Pemeriksaan
fisik
1)
Pemeriksaan
umum
Kulit dan membrane mukosa sering
tampak kering dan turgor menurun. Pasien dapat menjadi kurus. Vomitus yang
iritatif dapat membuat erosi pada bibir dan wajah bagian bawah; lidah tampak
merah, kering dan pecah-pecah. Faring kering dan merah, dan pernapaan berbau
busuk dengan bau seperti buah-buahan yang khas untuk ketoasidosis.
Takikardia dan hipotensi dapat
menunjukkan dehidrasi hipovolemia. Pada penyakit yang berat dan berkepanjangan,
aberasi mental, delirium, sakit kepala, stupor dan koma dapat terjadi.
2)
Pemeriksaan
abdomen
Pemeriksaan ini biasanya normal, meskipun rasa sakit
dihepar dapat ditemukan.
3)
Pemeriksaan
pelvis
Uterus lunak dan membesarkan sesuai dengan umur
gestasi.
(Ben-Zion Taber,M.D, 1994)
b.
Kebutuhan
Dasar Khusus
1)
Aktifitas
istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat
(> 100 kali per menit).
2)
Integritas
ego
Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi,
perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
3)
Eliminasi
Perubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan
frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
4) Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
5)
Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
6)
Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh
dalam koma.
7) Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
8)
Interaksi
sosial
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan,
perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap
hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
c.
Tes
Laboratorium
1)
Pemeriksaan
darah lengkap dengan apusan darah
Nilai hemoglobin dan hematokrit
yang meningkat menunjukkan hemokosentrasi berkaitan dengan dehidrasi. Anemia
mungkin merupakan konsekuensi dari malnutrisi.
2)
Urinalisis
Urin biasanya hanya sedikit dan
mempunyai kosentrasi tinggi sebagai akibat dehidrasi. Aseton menunjukkan
asidosis starvasi (Ben-Zion Taber,M.D, 1994).
3.2 Diagnosa
Keperawatan
Berdasarkan data
pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien hiperemesis
gravidarum adalah meliputi :
1. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual-muntah.
2. Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
secara aktif.
3. Koping
tidak efektif berhubungan dengan perubahan psikologi kehamilan.
4. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
3.3 Intervensi Keperawatan
Dx(1) : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual-muntah.
Tujuan : Menyeimbangkan pemenuhan nutrisi klien
sesuai dengan kebutuhan. Intervensi
1. Batasi
intake oral hingga muntah berhenti.
Rasional : Memelihara
keseimbangan cairan elektrolit dan mencegah muntah selanjutnya.
2. Berikan
obat antiemetik yang diprogramkan dengan dosis rendah, misalnya Phenergan
10-20mg/i.v.
Rasional : Mencegah muntah serta
memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Pertahankan
terapi cairan yang diprogramkan.
Rasional : Koreksi adanya
hipovolemia dan keseimbangan elektrolit.
4. Catat
intake dan output.
Rasional : Menentukan hidrasi
cairan dan pengeluaran melalui muntah.
5. Anjurkan
makan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : Dapat mencukupi asupan
nutrisi yang dibutuhkan tubuh
6. Anjurkan
untuk menghindari makanan yang berlemak.
Rasional : dapat menstimulus mual
dan muntah
7. Anjurkan
untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan teh (panas) hangat
sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur.
Rasional : Makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang mual muntah yang berlebih.
Rasional : Makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang mual muntah yang berlebih.
8. Catat
intake terapi parenteral, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam periode
tertentu.
Rasional : Untuk mempertahankan
keseimbangan nutrisi.
9. Inspeksi
adanya iritasi atau lesi pada mulut.
Rasional : Untuk mengetahui
integritas mukosa mulut.
10. Kaji
kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan cairan pembersih mulut
sesering mungkin.
Rasional : Untuk mempertahankan
integritas mukosa mulut.
11. Pantau
kadar Hemoglobin dan Hemotokrit.
Rasional :
Mengidenfifikasi adanya anemi dan potensial penurunan kapasitas pembawa oksigen
ibu. Klien dengan kadar Hb < 12 mg/dl atau kadar Ht rendah dipertimbangkan
anemi pada trimester I.
12. Test
urine terhadap aseton, albumin dan glukosa.
Rasional : Menetapkan data dasar
; dilakukan secara rutin untuk mendeteksi situasi potensial resiko tinggi
seperti ketidakadekuatan asupan karbohidrat dan Hipertensi karena kehamilan.
13. Ukur
pembesaran uterus.
Rasional : Malnutrisi ibu
berdampak terhadap pertumbuhan janin dan memperberat penurunan komplemen sel
otak pada janin, yang mengakibatkan kemunduran perkembangan janin dan kemungkinan-kemungkinan
lebih lanjut.
Dx(2) :
Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan.
Tujuan :
Mengembalikan volume cairan agar normal kembali.
Intervensi
1.
Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah.
Rasional
: Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan kadar Hormon
Chorionik Gonadotropin (HCG), perubahan metabolisme karbohidrat dan penurunan
motilitas gastrik memperberat mual/muntah pada trimester I.
2.
Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah medis lain
(misalnya Ulkus peptikum, gastritis).
Rasional
:Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk mengatasi masalah
khusus dalam mengidentifikasi intervensi.
3.
Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD,
input/output dan berat jenis urine. Timbang BB klien dan bandingkan dengan
standar.
Rasional : Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat atau kebutuhan hidrasi.
Rasional : Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat atau kebutuhan hidrasi.
4.
Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan
sesering mungkin dengan jumlah sedikit. Makanan tinggi karbonat seperti : roti
kering sebelum bangun dari tidur.
Rasional
: Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan keasaman
lambung.
Dx(3) :
Cemas berhubungan dengan Koping tidak efektif, perubahan psikologi kehamilan.
Tujuan :
Menurunkan tingkat kecemasan klien.
Intervensi
1. Kontrol
lingkungan klien dan batasi pengunjung.
Rasional
: Untuk mencegah dan mengurangi kecemasan
2. Kaji
tingkat fungsi psikologis klien.
Rasional
: Untuk menjaga intergritas psikologis
3. Berikan
support psikologis.
Rasional
: Untuk menurunkan kecemasan dan membina rasa saling percaya.
4. Berikan
penguatan positif.
Rasional
: Untuk meringankan pengaruh psikologis akibat kehamilan.
5. Berikan
pelayanan kesehatan yang maksimal.
Rasional
: Penting untuk meningkatkan kesehatan mental klien
Dx(4) :
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan :
Meningkatkan toleransi aktivitas.
Intervensi
1. Anjurkan
klien membatasi aktifitas dengan isrirahat yang cukup.
Rasional : Menghemat energi dan menghindari pengeluaran tenaga yang terus-menerus untuk meminimalkan kelelahan/kepekaan uterus.
Rasional : Menghemat energi dan menghindari pengeluaran tenaga yang terus-menerus untuk meminimalkan kelelahan/kepekaan uterus.
2. Anjurkan
klien untuk menghindari mengangkat berat.
Rasional
: Aktifitas yang ditoleransi sebelumnya mungkin tidak dimodifikasi untuk wanita
beresiko.
3. Bantu
klien beraktifitas secara bertahap
Rasional : Aktifitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma serta meringankan dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Aktifitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma serta meringankan dalam memenuhi kebutuhannya.
4. Anjurkan
tirah baring yang dimodifikasi sesuai indikasi
Rasional : Tingkat aktifitas mungkin perlu dimodifikasi sesuai indikasi.
Rasional : Tingkat aktifitas mungkin perlu dimodifikasi sesuai indikasi.
3.4 Implementasi
Implementasi yang dilakukan yaitu sesuai dengan
intervensi yang direncanakan.
3.5 Evaluasi
a. Pasien
tidak lagi menunjukkan bukti penurunan berat badan
b. Pasien
terhindar dari kerusakan kulit atau infeksi disekitar pemasangan slang
c. TTV
tetap stabil
d. Volume
cairan tetap adekuat
e. Pasien
mempunyai turgor kulit normal dan membrane mukosa lembap
f. Berat
jenis urin tetap di antara 1,005 dan 1,010
g. Pasien
mempertahankan keseimbangan cairan ( asupan seimbang dengan haluaran)
h. Pasien
menyatakan peningkatan rasa nyaman
i.
Membrane mukosa mulut merah muda dan
lembap
j.
Pasien mempertahankan kekuatan otot dan
ROM sendi
k. Pasien
melakukan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang dapat ditoleransi
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1.
Hiperemesis gravidarum adalah mual
muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan
sehari-hari karena keadaan umum pasien memburuk.
2.
Penyebab Hiperemesis gravidarum
secara pasti belum diketahui, faktor predisposisinya antara lain ; faktor
adaptasi dan hormonal atau peningkatan kadar HCG, faktor psikologik, dan faktor
alergi.
3.
Secara patologik menunjukkan adanya
kelainan-kelainan dalam berbagai alat tubuh seperti hati, jantung, otak dan
ginjal
4.
Hiperemesis gravidarum dapat
mengakibatkan dehidrasi, kekurangan energi, tertimbun zat metabolik toksik,
terganggunya keseimbangan elektrolit dan perdarahan gastrointestinal
5.
Hiperemesis gravidarum terbagi
dalam 3 tingkatan yaitu ringan, sedang dan berat
6.
Penanganan Hiperemesis gravidarum
pada tahap awal adalah pencegahan yaitu dengan memberikan konseling untuk
menghadapi kehamilan dan komplikasinya
7.
Terapi yang diberikan pada kasus
Hiperemesis gravidarum adalah terapi obat-obatan, terapi psikologik,
terapi parenteral dan isolasi. Apabila keadaan tetap memburuk terminasi
kehamilan perlu dipertimbangkan.
4.2 Saran
Sebagai perawat
harus mengetahui asuhan
keperawatan yang diberikan jika
menghadapi kondisi pasien atau klien dengan Hiperemesis Gravidarum. Sebaiknya perawat memberikan
penanganan terbaik kepada pasien hiperemesis gravidarum agar klien dapat
menjalani proses kehamilan dengan lancar sampai pada proses persalinan dengan
selamat.